Media Tanam dari Bahan Organik
Media tanam yang masuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup contohnya bagian dari tanaman seperti bunga, daun, buah bahkan kulit kayu. Media tanam organik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media tanam anorganik yakni media tanam organik mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu media tanam organik juga memiliki pori-pori mikro dan makro yang seimbang sehingga sirkulasi udara bisa berjalan dengan baik serta mempunyai daya serap air yang tinggi.
Media tanam yang dibuat dari bahan organik akan mengalami proses pelapukan yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses itulah akan dihasikan mineral, karbondioksida (CO2), air (H2O). Mineral yang dihasikan dari media tanam inilah yang akan menjadi sumber unsur hara yang diserap oleh tanaman sebagai sumber makanan. Akan tetapi kelemahan media tanam dari bahan organik adalah bila terjadi dekomposisi yang terlalu cepat bisa memicu terjadinya bibit penyakit. Untuk mencegah hal itu, media tanam harus sering diganti dan menambahkan unsur sebelum media tanam mengalami dekomposisi.
Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus. Untuk lengkapnya baca penjelasannya di bawah ini.
Media Tanam dari Arang
Arang biasanya dibuat dari kayu atau batok kelapa yang dibakar. Media tanam ini sangat cocok untuk menanam anggrek daerah dengan kelembapan tinggi. Hal ini dikarenakan media tanam dari arang tidak baik dalam mengikat air dalam jumlah banyak. Salah satu keunikan dari media tanam dari arang adalah sifatnya yang bufer. Sehingga bila terjadi kesalahan dalam pemberian unsur hara yang ada di dalam pupuk bisa cepat dinetralisir.
Selain itu arang merupakan media tanam yang tidak mudah lapuk sehingga aman dari gangguan jamur atau hewan yang dapat merugikan tanaman. Kelemahan dari media tanam ini adalah kandungan unsur hara yang sedikit sehingga media tanam ini perlu disuplai unsur hara yang dilakukan melalui proses pemupukan.
Sebelum digunakan idealnya media tanam dari arang sebaiknya dipecah menjadi butiran kecil terlebih dahulu, tujuannya agar memudahkan penempatan di dalam pot. Untuk ukuran pastinya bisa kamu sesuaikan dengan ukuran pot yang digunakan.
Media Tanam dari Batang Pakis
Batang pakis bisa secara umum terbagi menjadi dua yakni pakis dengan warna hitam dan pakis coklat. Dari kedua jenis tanaman tersebut yang paling sering digunakan sebagai media tanam adalah pakis hitam. Batang pakis hitam biasa berasal dari tanaman pakis yang sudah berumur dan kering. Selain itu batang pakis juga mudah untuk dibentuk menjadi potongan-potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dijual dalam bentuk cacahan, media tanam dari pakis juga tersedia dalam bentuk lempengan segi empat yang siap pakai. Umumnya media tanam ini digunakan untuk menanam anggrek. Kekurangan dari media tanam ini adalah sering dijadikan semut atau binatang kecil lainnya sebagai sarang.
Keunggulan media tanam dari pakis adalah mudah untuk mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik. Selain itu media tanam ini memiliki tekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
Media Tanam dari Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang terbuat dari proses tanaman atau limbah organik seperti sampah, daun, sekam, jerami, rumput. Kelebihan media tanam dari kompos yakni mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik merupakan sifat kimiawi maupun biologis. Di samping itu kompos bisa menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen yang sangat diperlukan oleh tanaman.
Kandungan unsur organik yang tinggi pada kompos sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Berdasarkan hal tersebut kompos memiliki 2 peranan penting yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil kondotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik adalah yang terbuat dari tanaman yang telah mengalami pelapukan sempurna yang ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam kecoklatan, tidak berbau serta memiliki kadar air rendah dan memiliki suhu ruang.
Media Tanam dari Moss
Moss bisa dijadikan salah satu alternatif media tanam organik yang berasal dari akar paku-pakuan atau kadang kala yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss biasa digunakan sebagai media tanam pada saat masa penyemaian sampai masa pembungaan. Media tanam ini memiliki banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Berdasarkan sifatnya media tanam moss bisa mengikat air dengan baik serta juga memiliki sistem dreinase dan aerasi yang baik. Agar mendapatkan hasil yang optimal penggunaan media tanam moss sebaiknya dikombinasikan dengan media tanam lain seperti kulit kayu, gambut, daun kering dan juga tanah.
Pupuk Kandang
Pupuk yang berasal dari kotoran hewan biasa disebut dengan pupuk kandang. Kandungan unsur hara yang lengkap seperti fosfor, natrium dan kalium membuat pupuk ini sangat cocok untuk digunakan media tanam. Karena unsur-unsur yang terkandung pada pupuk kandang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu di dalam pupuk kandang terdapat mikroorganisme yang dipercaya bisa merombak bahan organik yang susah diserap tanaman menjadi komponen yang mudah dicerna oleh tanaman.
Komposisi unsur hara yang ada pada pupuk kandang bergantung juga pada beberapa faktor yakni jenis hewan, keadaan hewan, umur hewan, jenis makanan serta bahan hamparan yang digunakan dan penyimpanan sebelum dibuat media tanam. Pupuk kandang akan sangat baik digunakan sebagai media tanam ketika sudah matang dan steril. Hal ini bisa dilihat dari warna yang berubah menjadi hitam pekat.
Media Tanam dari Sabut Kelapa
Sebut kelapa adalah satu satu bahan organik alternatif yang bisa digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa yang bisa dijadikan media tanam harus berasal dari buah kelapa yang sudah berumur dan memiliki serat yang kuat. Media tanam jenis ini sebaiknya digunakan pada daerah yang memiliki curah hujan rendah karena bahan ini sangat mudah lapuk bila sering terkena air hujan.
Bila sabut kelapa sudah mulai lapuk akan menyebabkan tanaman cepat membusuk dan menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Untuk mencegah hal ini biasanya sebelum digunakan sebagai media tanam sabut kelapa direndam terlebih dahulu dengan larutan fungsida. Kelebihan dari media tanam ini adalah bisa mengikat dan menyimpan air dengan kuat sehingga sangat baik digunakan untuk daerah panas. Selain itu kandungan unsur hara esensial seperti magnesium, kalsium, kalium, fosfor dan natrium pada sabut kelapa sangat baik untuk tanaman.
Media Tanam dari Sekam Padi
Sekam padi merupakan media tanam yang dibuat dari kulit padi yang sudah digiling. Media tanam dari sekam yang biasa digunakan bisa berupa sekam mentah dan sekam bakar. Kedua jenis sekam tersebut memiliki tingkat porositas yang sama sehingga bisa memberikan peran penting dalam perbaikan struktur tanah. Penggunaan media tanam ini tidak perlu lagi disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran.
Kelebihan media tanam dari sekam adalah bisa bisa dengan mudah mengikat air, tidak mudah lapuk dan merupakan sumber kalium yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu media tanam dari sekap juga tidak mudah menggumpal sehingga akar tanaman bisa tumbuh dengan sempurna. Tapi kelemahan media tanam ini adalah memiliki kandungan unsur hara yang sedikit.
Media Tanam dari Humus
Media tanam dari humus merupakan hasil dari pelapukan bahan organik serta jasad mikro dan sumber energi jasad mikro tersebut. Humus biasa terbentuk dari jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan atau hewan yang telah mati. Humus sangat berperan dalam proses penggemburan tanah dan mempunyai kemampuan tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara dengan baik.
Humus sangat mudah untuk ditumbuhi jamur ketika terjadi perubahan suhu, kelembaban dan aerasi yang ekstrim. Humus juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman akan susah untuk menyerap air. Oleh karena itu penggunaan humus sebagai media tanam harus dikombinasikan dengan media tanam lain yang mempunyai porousitas tinggi misalnya tanah atau pasir.
Media Tanam dari Bahan Anorganik
Bahan anorganik merupakan media tanam yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi yang berasal dari proses pelapukan buatan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai hal yakni pelapukan secara mekanik maupun pelapukan secara kimiawi. Berdasarkan bentuk dan ukurannya mineral yang berasal dari batuan induk bisa di kelompokan menjadi 4 yakni kerikil atau batuan kecil (ukuran 2 mm), pasir (ukuran 1-2 mm) debu (ukuran 2-50 u) dan tanah liat (ukuran kurang dari 2 ju).Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit. Untuk penjelasan lengkapnya bisa dibaca di bawah ini.
Media Tanam Gel
Gel atau hidrogen merupakan kristal polimer yang biasa digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media tanam jenis ini sangat mudah dan efesien karena tidak perlu lagi repot untuk mengganti, menyiram atau memupuk. Selain itu media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga bisa disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karena itu media tanam ini biasa digunakan untuk keindahan dan keasrian tanaman hias yang diletakan di ruang kerja atau ruang tamu.
Hampir semua jenis tanaman indoor bisa ditanam di dalam media ini contohnya anthurium dan philodendron. Tetapi jenis media tanam ini tidak cocok untuk tanaman yang memiliki akar keras seperti tanaman bonsai dan adenium. Hal ini disebabkan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga menyebabkan vas pecah. Keunggulan lain dari media tanam gel adalah tetap terlihat cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di Jepang gel banyak digunakan sebagai komponen terarium dengan pasir. Warna-warna gel yang beragam menambahkan kesan hidup pada taman miniatur tersebut.
Media Tanam dari Pasir
Pasir merupakan media tanam alternatif yang biasa digunakan sebagai pangganti tanah. Biasanya media tanam dari pasir digunakan untuk penyemaian benih, penumbuhan bibit tanaman, serta penumbuhan tanaman dengan teknik stek. Sifat pasir yang cepat menyerap kering memudahkan proses pemindahan bibit tanaman ke media lain. Keunggulan lain dari media tanam dari pasir adalah bisa meninggkatkan sistem drainase dan aerasi pada media tanam.
Pasir Malang dan pasir bangunan merupakan beberapa jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Penggunaan pasir sebagai media tanam harus dikobinasikan dengan media tanam lain seperti kerikil, batu-batuan, tanah atau bisa disesuaikan dengan tanaman yang akan dibudidayakan.
Kerikil
Penggunaan kerikil sebagai media tanam sebenarnya memiliki beberapa kesamaan dengan pasir. Hal ini karena kedua jenis media tanam ini mempunyai sifat yang sama. Kerikil biasa digunakan sebagai media tanam hidroponik untuk membantu peredaran larutan unsur hara dan udara sehingga memberikan ruang bagi akar tanaman agar bisa tumbuh. Kerikil memiliki sifat sulit mengikat air, mudah basah dan cepat kering oleh karena itu bila menggunakan media tanam ini perlu dilakukan penyiraman secara rutin.
Saat ini banyak dijumpai penggunaan kerikil sintetis. Kelebihan kerikil sintetis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah pada kemampuan mengikat air, kerikil sintetis mempunyai kemampuan untuk mengikat air dengan baik. Selain itu sistem drainase pada jenis kerikil juga sangat baik sehingga bisa mempertahankan kelembaban dan sirkulasi udara pada media tanam.
Pecahan Batu Bata
Media tanam dari pecahan batu bata bisa dijadikan salah satu alternatif untuk budidaya tanaman. Seperti media tanam anorganik yang lain, pecahan batu ini memiliki fungsi untuk melengketkan akar tanaman. Sebaiknya ukuran dari batu pecah dibuat kecil seperti ukuran kerikil. Semakin kecil pecahan batu semakin baik pula kemampuan media tanam ini dalam menyerap air dan unsur hara akan membaik.
Yang perlu diperhatikan dalam media tanam ini adalah sedikitnya kandungan unsur hara sehingga perlu diberikan pupuk tambahan atau dikombinasikan dengan media tanam lain yang mempunyai kandungan unsur hara yang baik.
Media Tanam dari Spons
Untuk orang yang memiliki hobi dalam budidaya tanaman hias tentu sudah tidak asing dengan media tanam yang satu ini. Media tanam dari spon sangat ringan sehingga mudah untuk dipindahkan dan ditempatkan di mana saja. Meskipun ringan, media tanam dari spon tidak membutuhkan pemberat karena setelah disiram oleh air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga tanaman akan menjadi tegak.
Kelebihan dari media tanam ini adalah tingginya daya resap terhadap air dan unsur esensial yang biasa diberikan dalam bentuk cairan. Tapi media tanam ini tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur, sehingga bila spons sudah tidak layak pakai harus segera diganti dengan baru. Oleh karena itulah biasanya media tanam ini hanya digunakan sebagai media tanam tanaman hias bunga potong yang penggunaannya hanya sementara.
Media Tanam Tanah Liat
Tanah liat merupakan salah satu jenis media tanam yang memiliki tekstur halus, lengket dan berlumpur. Ciri khusus dari media tanam ini adalah memiliki jumlah pori-pori kecil lebih banyak daripada pori-pori makronya, sehingga memiliki kemampuan untuk mengikat air lebih kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang.
Ruang dari yang dimiliki media tanam ini sangat sempit sehingga bisa menghambat sirkulasi air dan udara pada media tanam. Pada dasarnya media tanam ini sangat miskin unsur hara sehingga penggunaan harus dikombinasikan dengan media tanam lain yang mempunyai kandungan unsur hara lebih banyak. Tanah liat sangat cocok bila digunakan bersamaan dengan media tanam lain seperti pasir dan humus.
Vermikulit dan Perlit
Vermikulit merupakan media anorganik steril yang dihasilkan dari pemanasan kepingan mika serta mengandung potasium dan helium. Media tanam ini merupakan jenis media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas kation yag cukup tinggi terutama ketika dalam keadaan padat dan basah. Vermikulit bisa menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air ketika digunakan sebagai campuran pada media tanam.
Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air. Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.
Media Tanam dari Gabus/Styrofoam
Gabus adalah jenis bahan anorganik yang dibuat dari campuran kopolimer styren yang bisa digunakan sebagai alternatif media tanam. Pada awalnya media tanam ini hanya digunakan sebagai aklimatisasi bagia tanaman sebelum ditanam di lahan luas. Saat ini di beberapa nursery menggunakan gabus sebagai salah satu campuran untuk meningkatkan porosiutas pada media tanam. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam membuatnya
menjadi ringan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang oleh semut.
Sumber : http://caratanam.com/jenis-media-tanam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar